Langsung ke konten utama

TRANSFORMASI DAN ADAPTASI MASYARAKAT PESISIR INDONESIA

A. PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN MASYARAKAT PESISIR

Dalam era yang terus berkembang ini, perubahan sosial menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut melibatkan berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam konteks masyarakat pesisir Indonesia. Sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia, pemahaman yang mendalam tentang perubahan sosial pada masyarakat pesisir menjadi sangat penting.

Jan Flora dan Arnold P. Goldsmith menggambarkan perubahan sosial sebagai dinamika sosial dan transformasi struktur sosial yang melibatkan perubahan dalam pola hidup, mata pencaharian, dan pola kekerabatan dalam masyarakat (Flora & Goldsmith, 2003). Dalam konteks masyarakat pesisir, perubahan sosial dapat mencakup pergeseran dalam mata pencaharian dari perikanan tradisional ke sektor pariwisata atau industri lainnya, serta perubahan dalam struktur keluarga dan pola kekerabatan yang dapat terjadi akibat urbanisasi dan migrasi.

William Foote Whyte menjelaskan perubahan sosial sebagai transformasi dalam pola interaksi dan hubungan sosial yang terjadi dalam suatu komunitas (Whyte, 1943). Dalam konteks masyarakat pesisir, perubahan sosial dapat mencakup perubahan dalam pola interaksi antar-nelayan, hubungan dengan lingkungan pesisir, serta pergeseran nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keduanya sepakat bahwa perubahan sosial pada masyarakat pesisir melibatkan perubahan dalam pola interaksi, hubungan sosial, dan struktur sosial yang dapat terjadi akibat faktor-faktor seperti urbanisasi, migrasi, perubahan ekonomi, dan kondisi lingkungan. Pendapat mereka memberikan pemahaman yang komprehensif tentang perubahan sosial dalam masyarakat pesisir dan pentingnya mempertimbangkan dinamika sosial dan interaksi dalam analisis perubahan tersebut.

Wilayah pesisir Indonesia menampilkan potensi alam yang melimpah serta kehidupan masyarakat yang memiliki kekhasan tersendiri. Untuk memahami secara komprehensif dinamika dan kompleksitas wilayah pesisir ini, penting bagi kita untuk mendalami pengertian masyarakat pesisir dengan lebih mendalam.

R. E. Johannes menjelaskan masyarakat pesisir sebagai kelompok masyarakat yang memiliki ketergantungan yang signifikan pada sumber daya alam pesisir, terutama dalam konteks pengelolaan perikanan dan ekosistem terkait (Johannes, 1998).

T. R. McClanahan dan J. C. Castilla menggambarkan masyarakat pesisir sebagai kelompok masyarakat yang berinteraksi langsung dengan ekosistem pesisir dan memperoleh mata pencaharian utama mereka dari sumber daya alam yang ada di wilayah tersebut (McClanahan & Castilla, 2007).

Dengan demikian, dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan masyarakat pesisir adalah kelompok masyarakat yang memiliki ketergantungan yang signifikan pada sumber daya alam pesisir dan berinteraksi langsung dengan ekosistem pesisir. Mereka memperoleh mata pencaharian utama mereka dari sumber daya alam yang ada di wilayah pesisir tersebut. Pendapat ini menekankan pentingnya memahami peran dan ketergantungan masyarakat pesisir dalam pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan.

  1. BENTUK PERUBAHAN SOSIAL YANG DIALAMI MASYARAKAT PESISIR

Masyarakat pesisir merupakan kelompok masyarakat yang memiliki kehidupan yang unik dan kompleks. Mereka hidup di daerah pesisir yang berdampingan dengan lautan, tergantung pada sumber daya alam laut dan pesisir sebagai mata pencaharian utama mereka. Namun, dalam perjalanan waktu, masyarakat pesisir menghadapi berbagai bentuk perubahan sosial yang signifikan.

Salah satu bentuk perubahan yang terjadi adalah dalam hal mata pencaharian. Masyarakat pesisir seringkali menggantungkan hidup mereka pada sumber daya alam pesisir, seperti perikanan dan pertanian tambak. Namun, perubahan dalam ekonomi, kebijakan, dan faktor lingkungan dapat mengganggu keseimbangan antara ketersediaan sumber daya dan permintaan pasar. Misalnya, penurunan populasi ikan akibat overfishing atau perubahan iklim dapat memaksa masyarakat pesisir untuk mencari alternatif mata pencaharian, seperti bergantung pada pariwisata atau mengembangkan industri kerajinan.

De Lange et al. menyajikan bukti bahwa perubahan iklim, termasuk peningkatan tingkat air laut, peningkatan suhu, dan perubahan pola cuaca, memiliki dampak signifikan pada masyarakat pesisir di Indonesia (De Lange et al, 2017). Misalnya, di Kepulauan Seribu, Jakarta, peningkatan tingkat air laut mengancam pemukiman dan infrastruktur masyarakat pesisir. Hal ini memaksa mereka untuk menghadapi tantangan dalam hal relokasi dan adaptasi untuk melindungi diri dari dampak perubahan iklim.

McKercher et al. menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan dari sektor pertanian atau perikanan menjadi kawasan pariwisata dapat memberikan dampak signifikan pada masyarakat dan lingkungan di daerah pedesaan (McKercher et al, 2015). Misalnya, di Bali, beberapa wilayah pesisir yang sebelumnya digunakan untuk pertanian atau nelayan, kini telah dikembangkan menjadi kawasan pariwisata yang ramai. Perubahan ini dapat berdampak pada pergeseran mata pencaharian, perubahan sosial-budaya, dan konflik kepentingan antara masyarakat lokal, investor, dan pemerintah.

Selain itu, perubahan sosial-budaya juga menjadi perhatian penting dalam masyarakat pesisir. Interaksi dengan luar, modernisasi, dan globalisasi membawa perubahan dalam nilai-nilai, norma, dan gaya hidup mereka. Faktor-faktor seperti pendidikan, teknologi, dan media sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cara hidup dan pemikiran masyarakat pesisir. Dalam beberapa kasus, generasi muda mungkin mengadopsi gaya hidup dan nilai-nilai yang berbeda dari generasi sebelumnya, mengubah pola interaksi sosial dan tradisi lokal yang telah ada.

Beberapa daerah pesisir di Indonesia mengalami pertumbuhan perkotaan yang pesat dan peningkatan arus migrasi penduduk dari daerah pedesaan ke perkotaan. Hal ini dapat menyebabkan perubahan dalam struktur sosial, pola pemukiman, dan kehidupan komunitas di masyarakat pesisir. Sebagai contoh, kawasan pesisir di Jawa Barat seperti Kota Cirebon atau Pelabuhan Ratu telah mengalami perubahan signifikan akibat urbanisasi yang mengakibatkan peningkatan kepadatan penduduk, perubahan dalam pola pekerjaan, dan dinamika sosial yang berbeda.

Adger et al mengemukakan bahwa perubahan ekologi dan lingkungan, termasuk perubahan iklim, kerusakan habitat, dan penurunan kualitas sumber daya alam, dapat berdampak signifikan pada masyarakat pesisir (Adger et al, 2009). Perubahan ini mempengaruhi pola mata pencaharian, sistem sosial, dan tatanan kehidupan masyarakat pesisir.. Masyarakat pesisir sering menghadapi perubahan lingkungan yang signifikan, seperti peningkatan tingkat air laut, kerusakan terumbu karang, atau erosi pantai. Perubahan ini dapat mempengaruhi pola pemukiman, penggunaan lahan, dan kegiatan perekonomian mereka. Sebagai contoh, perubahan garis pantai dapat memaksa masyarakat pesisir untuk melakukan relokasi pemukiman mereka atau mencari alternatif dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia.

Perubahan-perubahan ini juga berdampak pada struktur sosial masyarakat pesisir. Modernisasi dan urbanisasi dapat membawa perubahan dalam struktur sosial mereka. Peningkatan mobilitas, migrasi, dan arus penduduk dari pedesaan ke perkotaan dapat mengubah komposisi sosial masyarakat pesisir. Hal ini dapat berdampak pada hubungan sosial, kehidupan komunitas, dan sistem nilai yang ada.

Mengenali dan memahami berbagai bentuk perubahan sosial ini adalah penting untuk merespons dan menghadapinya dengan baik. Hal ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat pesisir. Dengan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang bentuk-bentuk perubahan sosial ini, kita dapat merumuskan kebijakan dan strategi yang sesuai untuk mendukung adaptasi dan transformasi masyarakat pesisir Indonesia.

  1. STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL

Dalam menghadapi perubahan sosial yang terjadi di masyarakat pesisir, menurut saya terdapat beberapa strategi adaptasi yang dapat diterapkan. Pertama, diversifikasi mata pencaharian merupakan langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada sektor perikanan atau pertanian pesisir. Masyarakat pesisir dapat mencari alternatif penghasilan, seperti pengembangan pariwisata berkelanjutan atau pemanfaatan potensi ekonomi lokal lainnya. Dengan demikian, mereka dapat mengurangi risiko yang terkait dengan perubahan di sektor utama mereka.

Kedua, peningkatan keterampilan dan pengetahuan sangat penting dalam menghadapi perubahan sosial. Masyarakat pesisir perlu meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, memanfaatkan teknologi yang tepat, dan mengadopsi praktik-praktik baru yang sesuai dengan lingkungan. Melalui pelatihan dan pendidikan yang relevan, mereka dapat memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan baru yang muncul.

Selanjutnya, penguatan kapasitas komunitas juga menjadi strategi penting. Masyarakat pesisir perlu membentuk kelompok-kelompok komunitas yang kuat, membangun jaringan kerjasama yang solid, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait perubahan yang terjadi. Dengan demikian, mereka dapat memperoleh kekuatan kolektif untuk menghadapi perubahan sosial dan mempengaruhi kebijakan yang berdampak pada kehidupan mereka.

Adaptasi fisik dan infrastruktur juga tidak dapat diabaikan. Masyarakat pesisir perlu mengadopsi tindakan adaptasi fisik untuk melindungi pemukiman dan infrastruktur mereka dari dampak perubahan sosial, seperti peningkatan tingkat air laut atau perubahan pola cuaca. Hal ini dapat melibatkan perbaikan tanggul, peningkatan drainase, atau penataan ruang terbuka hijau yang lebih baik. Dengan mengembangkan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan sosial, masyarakat pesisir dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan.

Terakhir, pendidikan dan kesadaran masyarakat memainkan peran penting dalam menghadapi perubahan sosial. Masyarakat pesisir perlu diberdayakan melalui pendidikan dan kampanye kesadaran tentang isu-isu perubahan yang dihadapi. Melalui pendidikan lingkungan yang terarah, mereka dapat memahami dampak perubahan sosial dan mengadopsi perilaku yang ramah lingkungan. Kesadaran masyarakat juga dapat mendorong partisipasi aktif dalam upaya adaptasi dan pengambilan keputusan yang berkelanjutan.

Dalam keseluruhan, strategi adaptasi bagi masyarakat pesisir menghadapi perubahan sosial melibatkan diversifikasi mata pencaharian, peningkatan keterampilan dan pengetahuan, penguatan kapasitas komunitas, adaptasi fisik dan infrastruktur, serta pendidikan dan kesadaran masyarakat. Mengadopsi strategi-strategi ini akan membantu masyarakat pesisir menghadapi tantangan perubahan sosial dengan lebih baik, memperkuat ketahanan mereka, dan menjaga keberlanjutan sosial, ekonomi, dan ekologi di wilayah pesisir.


DAFTAR PUSTAKA

Adger, W. N., Hughes, T. P., Folke, C., Carpenter, S. R., & Rockström, J. (2009). Social- Ecological Resilience to Coastal Disasters. Science , 309(5737), 1036-1039.

De Lange, W., Djalante, R., & Shaw, R. (2017). Climate Change Impacts on Coastal Communities in Indonesia . International Journal of Disaster Risk Science, 8(3), 305-316.

Flora, J. L., & Goldsmith, A. P. (2003). The Persistence of Change: Rural Community in the Twenty-First Century . University Press of Kansas.

Johannes, R. E. (1998). The case for data-less marine resource management: examples from tropical nearshore finfisheries. Trends in Ecology & Evolution , 13(6), 243-246.

McClanahan, T. R., & Castilla, J. C. (2007). Toward a concept of resilient coasts and their relevance for sustainable development in coastal regions . Coastal Management, 35(4), 397-41

McKercher, B., Ho, P., & Song, H. (2015). Tourism and Change in Rural Areas: Perceptions of Rural Stakeholders in Zhangjiajie , China. Journal of Sustainable Tourism, 23(7), 1033- 1053.

Whyte, W. F. (1943). Street Corner Society: The Social Structure of an Italian Slum . University of Chicago Press.

Postingan populer dari blog ini

MENGURAI GLOBALISASI: WUJUD BUDAYA DAN PERUBAHAN SOSIAL DI JABODETABEK

A. PENGERTIAN GLOBALISASI Pengaruh globalisasi dalam dunia yang semakin terhubung secara global telah menjadi perhatian utama dalam berbagai bidang. Dalam era globalisasi ini, batasan-batasan geografis semakin terkikis, memberikan ruang bagi pertukaran informasi, ide, produk, dan budaya yang lebih intensif dan cepat. Fenomena ini tidak hanya membawa manfaat yang signifikan, tetapi juga menimbulkan tantangan dan perdebatan yang kompleks. Menurut Anthony Giddens, globalisasi adalah proses di mana dunia semakin terhubung melalui pertukaran informasi, ide, produk, dan budaya secara global. Ia berpendapat bahwa globalisasi melibatkan percepatan interaksi dan interdependensi antara negara-negara, serta melampaui batasan-batasan geografis dan politik. Giddens juga menekankan bahwa globalisasi memiliki dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk ekonomi, politik, sosial, dan budaya (Giddens, 19

TUGAS GEOGRAFI KELAS X SMA BAB HIDROSFER

PERTANYAAN   Jelaskan aktivitas manusia (minimal 3) yang dapat mengganggu proses siklus hidrologi serta dampak yang ditimbulkannya.   JAWABAN   Kegiatan manusia yang memengaruhi siklus air adalah penebangan hutan secara liar. Pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan. Pembangunan perumahan dan perindustrian. Pembangunan jalan tol dan jalan raya di perkotaan dan desa.   Penebangan hutan liar yang menyebabkan banyaknya lahan kosong sehingga air yang turun tidak terserap oleh tanah. Pembangunan jalan dengan menggunakan aspal dan beton untuk membuat jalan tol dan jalan raya. Aspal dan beton menghalangi air untuk meresap ke dalam tanah. Pembakaran hutan yang dapat menyebabkan struktur tanah dan juga tandus. Tidak menanami lahan-lahan yang kosong dengan tanaman, tetapi mengubah lahan-lahan tersebut menjadi daerah pemukiman. Berkurangnya daerah resapan air di daerah perkotaan sehingga mengakibatkan sungai, danau, dan daerah penampungan air menjadi kering. Apabila kering, maka men