Langsung ke konten utama

RANGKUMAN MATERI ISLAM DAN MEDIA

Islam sebagai agama dalam media barat dipotret sebagai “agama yang negatif”. Bahkan belakangan, ketika ekstremisme-terorisme menjadi fenomena global, pasca runtuhnya gedung kembar di Amerika akibat ditabrak pesawat yang dituduh kaum teroris 9/11/2009. Posisi umat Islam benar-benar terpojok dengan pelbagai tuduhan negatif atas perilaku kaum teroris yang mengklaim membela Islam. Terjadi mispersepsi atas masyarakat muslim oleh masyarakat Barat. Persepsi barat atas muslim senantiasa negatif. Muncul di sana terjadinya “perang peradaban antara muslim dan Barat, dimana Muslim merupakan bagian dari asosiasi para pelaku kekerasan, ekstremisme dan terorisme.

            Tentu saja apa yang digambarkan oleh media Barat tentang Islam tidak menjadi kebenaran yang sempurna. Namun, menjelaskan apakah Islam tidak melakukan Tindakan kekerasan karena pada faktanya sebagian umat Islam di beberapa negara Eropa dan Amerika seringkali melakukan aktivitas kekerasan atas nama Islam menjadi hal yang tidak terbantahkan. Disinilah perlu dijelaskan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh Sebagian kecil umat beragama Islam di Eropa dan Amerika merupakan tindakan yang tidak dibenarkan oleh ajaran Islam.

Terjadinya gambaran negatif agama (Islam) dalam media memberikan dampak yang luas di negara-negara berpenduduk muslim, seperti Indonesia. Bahkan, di Indonesia, akibat pemberitaan yang terjadi sering menimbulkan demonstrasi balasan untuk menentang pemberitaan yang disiarkan oleh stasiun televisi. Apalagi saat ini, pengunggahan berita dengan mudah dilakukan sehingga berita sudah out of date juga tetap diunggah sebagai perlawanan. Perang pemberitaan melalui media sosial menjadi persoalan yang serius dalam hal penyampaian pesan tentang suatu social fact pada publik. Hoax sering menjadi bagian dari pemberitaan yang disampaikan kepada publik karena munculnya sentimen keagamaan dan identitas kelompok secara masif.

Agama hadir dalam imajinasi penganutnya dengan pelbagai karakteristik. Jika umatnya dalam kondisi terpinggir dan kalah dalam persaingan, yang diimajinasikan tentang agamanya adalah “agama yang kalah”, terdiskriminasi, rapuh, serta mendapatkan kebijakan yang tidak menguntungkan. Sementara jika penganutnya tidak merasa demikian, maka imajina tentang agamanya pun bukan agama yang kalah, terpinggir, atau pun terdiskriminasi. Gambaran semacam itu di media tentang perilaku politik dan keagamaan masyarakat muslim, pada akhirnya menyebabkan terjadi sikap antipati antara masyarakat Eropa-Barat terhadap anak-anak muslim yang terdapat dalam sebuah negara. Mereka pada akhirnya saling tertutup dan tidak bersedia bergaul satu sama lainnya. Mereka saling menutup diri dalam rumahnya sendiri sebab potret anak-anak muslim yang tergambar dalam media. Hal ini sangat berbahaya jika berlangsung terus menerus dalam hubungannya dengan hubungan sosial kemasyarakatan. Mereka saling menguatkan identitasnya masing-masing tanpa bersedia bergaul dengan pihak lainnya yang berbeda dengan kelompoknya.

Kemudian sekarang terjadi pertarungan antara pembaca muslim atas berita media dengan pembaca non muslim atas berita-koran yang ada. Beberapa media di Indonesia pun menjadi bagian dari identifikasi pengikut keagamaan. Bagaimana Harian Kompas, menjadi identifikasi media Katolik. Suara Pembaruan dan Sinar Harapan menjadi identifikasi kaum Kristen Protestan. Sedangkan Republika menjadi identifikasi harian kaum Muslim Indonesia. Ketiga harian ini akhirnya menjadi bagian yang seakan tidak lepas dari kontestasi wacana keagamaan dan sosial politik Indonesia dengan latar belakang keagamaan yang diwakilinya. Dalam ketiga media seakan-akan terdapat penggambaran tentang perlawanan Islam atas non Islam dan diskriminasi atas non Islam. Ketiga media ini dianggap menjadi representasi pemberitaan tentang kehidupan keagamaan di Indonesia. Harian Kompas dianggap lebih cenderung memberikan pemberitaan yang banyak berafiliasi dengan Katolik yang ada di Indonesia. Suara Pembaruan dan Sinar Harapan lebih banyak memberikan wacana dan berita dunia kekristenan yang ada di Indonesia. Sedangkan Republika lebih banyak memberitakan keadaan kehidupan sosial keagamaan kaum muslim. Bahkan ketiganya kadang dianggap saling bertabrakan dalam memberikan pemberitaan tentang suatu peristiwa. Dengan kondisi sosial imajinasi media semacam itu pada lahirnya tidak dapat dihindarkan adanya dampak negatif atas ketiga agama yang ada di Indonesia. Situasi semacam itu kemudian dikatakan sebagai situasi di mana kebenaran itu bukan karena suatu yang realitas dan faktual, namun kebenaran adalah apa yang terus menerus dikabarkan kepada publik sekalipun hal tersebut sebagai hal yang sifatnya imajinatif belaka.

Berdasarkan uraian yang telah dilakukan, media-media Barat Amerika dan Eropa banyak memberitakan tentang Islam dalam perspektif yang negatif. Hal ini disebabkan karena hal yang diberitakan senantiasa dikaitkan dengan peristiwa 11 September 2001 yang meruntuhkan Gedung kembar Pentagon Amerika. Sejak saat itu, Islam dalam gambaran dunia barat adalah sebagai agen terorisme internasional. Mengatasi kegagalan dalam membaca media, perlu dilakukan literasi media di kalangan muslim Indonesia juga muslim di negara-negara lain. Bahkan, umat Islam membutuhkan kemampuan untuk membaca media Barat yang sering memberikan penilaian negatif atas Islam. Jika pemberitaan negatif tentang Islam dilawan dengan aktivitas negatif yang akan terjadi adalah bahwa umat Islam senantiasa akan identik dengan aktivitas negatif itu sendiri. Oleh sebab itu, aktivitas negatif atas pemberitaan media Barat tidak perlu dilawan dengan aktivitas negatif tetapi dengan kemampuan membaca media dengan kritis (critical media studies). Membaca media perlu membutuhkan kecerdasan dalam bermedia, sebab media akan membunuhmu juga dapat menjadi kawan baikmu.

           

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

El-Zastrouw, Ngatawi dkk. (2020). Materi Pembelajaran Mata Kuliah Agama Islam. Jakarta:Universitas Indonesia.

 

           

 

Postingan populer dari blog ini

MENGURAI GLOBALISASI: WUJUD BUDAYA DAN PERUBAHAN SOSIAL DI JABODETABEK

A. PENGERTIAN GLOBALISASI Pengaruh globalisasi dalam dunia yang semakin terhubung secara global telah menjadi perhatian utama dalam berbagai bidang. Dalam era globalisasi ini, batasan-batasan geografis semakin terkikis, memberikan ruang bagi pertukaran informasi, ide, produk, dan budaya yang lebih intensif dan cepat. Fenomena ini tidak hanya membawa manfaat yang signifikan, tetapi juga menimbulkan tantangan dan perdebatan yang kompleks. Menurut Anthony Giddens, globalisasi adalah proses di mana dunia semakin terhubung melalui pertukaran informasi, ide, produk, dan budaya secara global. Ia berpendapat bahwa globalisasi melibatkan percepatan interaksi dan interdependensi antara negara-negara, serta melampaui batasan-batasan geografis dan politik. Giddens juga menekankan bahwa globalisasi memiliki dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk ekonomi, politik, sosial, dan budaya (Giddens, 19

TUGAS GEOGRAFI KELAS X SMA BAB HIDROSFER

PERTANYAAN   Jelaskan aktivitas manusia (minimal 3) yang dapat mengganggu proses siklus hidrologi serta dampak yang ditimbulkannya.   JAWABAN   Kegiatan manusia yang memengaruhi siklus air adalah penebangan hutan secara liar. Pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan. Pembangunan perumahan dan perindustrian. Pembangunan jalan tol dan jalan raya di perkotaan dan desa.   Penebangan hutan liar yang menyebabkan banyaknya lahan kosong sehingga air yang turun tidak terserap oleh tanah. Pembangunan jalan dengan menggunakan aspal dan beton untuk membuat jalan tol dan jalan raya. Aspal dan beton menghalangi air untuk meresap ke dalam tanah. Pembakaran hutan yang dapat menyebabkan struktur tanah dan juga tandus. Tidak menanami lahan-lahan yang kosong dengan tanaman, tetapi mengubah lahan-lahan tersebut menjadi daerah pemukiman. Berkurangnya daerah resapan air di daerah perkotaan sehingga mengakibatkan sungai, danau, dan daerah penampungan air menjadi kering. Apabila kering, maka men

TRANSFORMASI DAN ADAPTASI MASYARAKAT PESISIR INDONESIA

A. PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN MASYARAKAT PESISIR Dalam era yang terus berkembang ini, perubahan sosial menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut melibatkan berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam konteks masyarakat pesisir Indonesia. Sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia, pemahaman yang mendalam tentang perubahan sosial pada masyarakat pesisir menjadi sangat penting. Jan Flora dan Arnold P. Goldsmith menggambarkan perubahan sosial sebagai dinamika sosial dan transformasi struktur sosial yang melibatkan perubahan dalam pola hidup, mata pencaharian, dan pola kekerabatan dalam masyarakat (Flora & Goldsmith, 2003). Dalam konteks masyarakat pesisir, perubahan sosial dapat mencakup pergeseran dalam mata pencaharian dari perikanan tradisional ke sektor pariwisata atau industri lainnya, serta perubahan dalam struktur keluarga dan pola kekerabatan yang dap