KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA KELAS X SMA 3.8 MEMBANDINGKAN NILAI DAN KEBAHASAAN CERITA RAKYAT DAN CERPEN.
3.8 MEMBANDINGKAN NILAI DAN KEBAHASAAN CERITA RAKYAT DAN CERPEN.
Perbedaan Hikayat dan Cerpen
1. Waktu dan Bahasa
Hikayat merupakan sastra lama yang lahir dan berkembang di zaman melayu kuno, sehingga bahasa yang digunakannya merupakan bahasa Melayu kuno.
Untuk bisa membaca isi karya sastra ini, kita mesti menerjemahkan terlebih dahulu bahasa Melayu.
Sementara itu, cerpen merupakan karya sastra yang lahir dan berkembang di zaman modern.
sehingga bahasa yang digunakannya pun juga merupakan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa utama negara kita.
2. Nama Pengarang
Dalam hikayat, nama si pengarang tidak diketahui atau ananim, sehingga hikayat sering dianggap sebagai karya bersama atau karya milik warga sekitar (banyak orang).
Sedangkan, nama pengarang cerpen bisa kita ketahui dengan mudah karena nama pengarang sering tercantum di bawah judul cerpen.
3.Jumlah Kata dan Latar Tempatnya
Jumlah kata pada hikayat cenderung bervariatif, bisa 5.000, 7.000, dan seterusnya. Adapun latar tempat yang dipakai hikayat biasanya hanya berkisar pada lingkungan atau kehidupan istana.
Sementara itu, jumlah kata dalam cerpen biasanya dibatasi sekitar 5.000 sampai 10.000. Walaupun saat ini jumlah kata tersebut bisa bertambah atau berkurang.
Latar tempat yang digunakan cerpen biasanya tempat atau lingkungan di kehidupan sehari-hari manusia. Namun, cerpen juga bisa mengambil latar tempat selain yang disebutkan.
4. Tokoh dan Kisah
Tokoh yang terkandung di dalam hikayat biasanya bermacam-macam, entah itu satu orang atau lebih.
Kisah yang ada di dalam hikayat biasanya hanya berkisah tentang kebaikan melawan kejahatan.
Sementara itu, tokoh yang ada di dalam cerpen biasanya hanya berjumlah satu orang saja. Kalaupun ada tokoh selain itu, biasanya hanya sebagai tokoh pendukung.
Kisah yang dikandung dalam cerpen bisa bervariatif, bisa berupakehidupan sehari-hari, kegelisahan manusia, petualangan, dan sebagainya.
Contoh Cerita Pendek:
Baik Luar Dalam
“Din, ada Devi tuh di depan nyariin kamu katanya, ditemuin gih. Dah nungguin dari tadi.” Sahut Devi kepada Dinda yang sedang mengerjakan tugas sekolah di rumah Dinda.
“Bi surti, bilang aja aku gak ada, lagi keluar apa cari alasan lain gitu.” Pinta Dinda pada Bi Surti yang bekerja di rumahnya.
“Iya, Non.”
“Kamu kenapa kaya gitu sama Devi? Dia sudah datang jauh-jauh malah kamu gituin. Devi itu anak baik lho, Din.”
“Iya dari memang luarnya keliatan baik, manis, ramah. Tapi apa hanya itu saja kamu mengukur sifat seseorang? Dari luar memang manis. Tapi dalamnya tuh pahit.”
“Pahit gimana maksudnya?”
“Devi itu sering ngomongin keburukan temannya sendiri di belakang orangnya. Banyak pokoknya, yang gak bisa aku jelasin ke kamu.
“Beda sama kamu, lihatlah kamu ini. Judes, ceplas-ceplos kalo ngomong sama aku. Tapi hatimu tulus, Tin, bukan baik di luar tapi dalamnya busuk. Aku gak butuh kawan yang tampilan luar orang dalam berteman.” Jelas Dinda.
Contoh Cerita rakyat:
Legenda Asal Muasal Gunung Tangkuban Perahu Kisah Sangkuriang
Alkisah pada jaman dahulu kala seekor babi tengah melintas di sebuah hutan belantara.
Babi hutan itu sedang merasa kehausan di tengah panasnya terik matahari.
Pada saat dia mencari-cari mata air, dia melihat ada air yang tertampung di pohon keladi hutan.
Segera diminumnya air itu untuk melepas dahaga.
Tanpa disadarinya air itu adalah air seni Raja Sungging Perbangkara. Karena kesaktian Raja Sungging Perbangkara, babi hutan itu pun mengandung setelah meminum air seninya.
Sembilan bulan kemudian si babi hutan melahirkan seorang bayi perempuan.
Raja Sungging Perbangkara mengetahui perihal adanya bayi perempuan yang terlahir karena air seninya itu. Ia pun pergi ke hutan untuk mencarinya. Ditemukannya bayi prempuan itu. Dia pun memberinya nama Dayang Sumbi dan membawanya pulang ke istana kerajaan.
Dayang Sunbi tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik wajahnya. Serasa tak terbilang jumlah raja, pangeran dan bangsawan yang berkehendak memperistri anak perempuan Raja Sungging Perbangkara itu. Namun, semua pinangan itu di tolak Dayang Sumbi dengan halus. Sama sekali tidak diduga oleh Dayang Sumbi , mereka yang ditolak pinangannya itu saling berperang sendiri untuk memperebutkan dirinya.